KENAPA HARUS MERANTAU?

by - September 21, 2020


Aku sepakat kalau 'pengalaman adalah guru yang paling berharga'. Bagiku, pengalaman menantang yang aku dapatkan sampai umur 20 tahun ini adalah merantau jauh dari orang tua. Tapi karena kesempatan ini, aku bersyukur. 

Dulu saat menjelang kelulusan SD, aku disarankan oleh orang tuaku untuk sekolah di luar pulau. Rumahku di Lombok dan aku didorong untuk melanjukan sekolah di Malang, Jawa Timur. Awalnya aku sangat menolak karena merasa masih sangat kecil dan belum siap untuk hidup mandiri. Tapi karena melalui berbagai diskusi dan negosiasi, akhirnya aku jadi merantau ke Malang. Sampai akhirnya tahun 2018 menjelang kelulusan SMA, aku berniat kuliah di luar Malang dan jadilah aku sekarang kuliah di Solo hihihi. Back to the question, kenapa harus merantau?

Belajar mandiri
Bagiku belajar mandiri adalah poin penting untuk survive di kehidupan selanjutnya. Awalnya belajar untuk nggak bergantung pada orang tua, selanjutnya akan terbiasa untuk nggak bergantung sama siapapun. Ketika sudah harus benar-benar lepas dari orang tua atau saat akan masuk ke dunia kerja, setidaknya kalau pernah merantau kita punya pengalaman untuk bertahan dengan cara kita sendiri. 

Saat pertama kali merantau, aku masih berumur 12 tahun. Kalau biasanya ketika butuh apapun bisa minta tolong ke orang tua, waktu itu aku harus berusaha untuk memenuhi kebutuhanku sendirian. Sebelumnya aku adalah anak yang manja dan selalu ditemani ibu kemana-mana, dan rasanya cukup sulit ketika pertama kali pindah dituntut untuk apa-apa sendiri. Pertama kalinya juga karena merantau, aku menjahit seragamku yang sempat sobek sendirian. Aku juga belajar mencuci baju, mencuci piring, menyetrika baju, membersihkan kamar dan masak walaupun cuma buat masakan sederhana. Hal-hal itu adalah pertama kalinya aku lakukan ketika sudah merantau. 

Belajar beradaptasi 
Dalam kurun 8 tahun, merantau di 2 tempat berbeda memberikan banyak pengalaman beradaptasi untukku. Kalau soal makanan aku nggak terlalu ngerasain perbedaan dengan sebelumnya, karena ibu aku sering masak masakan jawa. Pun ketika kuliah di Solo, makanannya nggak jauh beda dengan di Malang. Ada sedikit perbedaan sih, menurutku masakan di Solo lebih manis daripada masakan Malang. 

Perbedaan sederhana lain yang membuat aku harus beradaptasi adalah karakter dari penduduk lokal. Kalau di Lombok karakter orangnya kurang ramah, maka di Malang adalah sebaliknya. Aku sempet kaget sih waktu awal-awal merantau, kalau ketemu tetangga walau belum kenal itu bakal tetep nyapa. Bahkan ketika berkunjung ke kampung lain yang jelas-jelas bukan tetangga juga nyapa loh kalau ketemu. Kalau soal karakter masyarakat, Malang dan Solo hampir sama. Tapi kalau menurut pengalaman aku, masyarakat Solo lebih lemah lembut daripada Malang. Tapi aku suka, budaya ramah tamah tersebut mengarahkanku untuk menjadi lebih baik dalam bermasyarakat. 

By the way, aku juga mempelajari karakter orang dari daerah lain selain Malang dan Solo. Sebab ketika aku kuliah, teman aku sangat beragam dari berbagai wilayah Indonesia walaupun masih di dominasi oleh orang Jawa Tengah. Di perkuliahan ini aku jadi paham perbedaan karakter orang jawa, sunda, batak, dayak, melayu dan lainnya. Kalau orang jawa sebagian besar lemah lembut, sebaliknya orang sunda blak-blakan. Aku bersyukur atas perbedaan yang kutemukan, karena belajar menghadapi masing-masing karakter itu bakal berguna banget dikehidupan masa depan. Yup! hidup ini bisa jadi selalu berpindah dan menemukan lingkungan masyarakat baru lagi yang berbeda.

Mendukung Self Improvement
Kalau dari pengalamanku yang awalnya tinggal di kota kecil, kemudian pindah ke kota besar, aku merasa kalau lingkungan-lingkungan itu secara bertahap mendukung untuk self improvement. Kalau ketika masih SD nggak begitu ada ambisi buat aktif berprestasi, di SMP lumayan ngedukung buat aktif. Aku ikut kegiatan ektrakulikuler dan sedikit perlombaan di SMP walau sedikit. Saat SMA, aku ikut banyak lomba karena lingkunganku sangat mendukung untuk aktif mengkuti kompetisi. Karena itu, sejak SMA aku belajar untuk public speaking dan beropini. Nggak jauh-jauh, temen-temen sekelas aku di SMA banyak banget yang berbakat seperti menari, menyanyi, melukis, modelling, paskibraka, olahraga dan masih banyak lagi. Bahkan temen sekelas aku ada juga yang jadi duta pariwisata kabupaten. Aku yang dari awal ngerasa ngga punya bakat apapun jadi ter-trigger buat ngembangin diriku.

Kalau di SMA nemuin banyak temen-temen yang berbakat dan berprestasi karena bakat-bakatnya, di perkuliahan aku ketemu orang-orang yang aktif di banyak organisasi. Banyak dari mereka yang pinter kuliahnya, tapi juga aktif organisasi. Hal inilah yang membuat aku juga terdorong untuk belajar aktif berorganisasi. Sejak SMA selalu jatuh cinta dengan orang yang kritis berpendapat, dan senengnya bukan main karena di  perkuliahan ketemu banyak orang yang seperti itu. 

Efek dari merantau nggak melulu bisa baik, semua kembali ke diri masing-masing. Merantau ke kota besar bisa membuat berkembang atau bisa juga terjatuh karena nggak bisa pandai menjaga diri sendiri.  Pengalaman nggak selalu di dapat dengan merantau. Tapi, dunia perantauan bisa memberikan pengalaman yang berharga buat kita. Satu hal yang terpenting adalah, kita harus tetap bergerak untuk menghadapi tantangan-tantangan baru. Yuk berbagi cerita! I'm so glad if you want to share with me guys :)

With Love, Tara. 

You May Also Like

0 komentar

Hello, with my pleasure if you leave comments :)