Bukan,
kali ini bukan asmara
Atau
antologi rasa yang berhimpun tanpa suara
Ini
adalah cerita tentang kau, aku, biru samudera
juga
harmoni mesin kereta
yang
larut bagai natrium hidroksida dalam sebuah bening kaca
Kau
sempat bertanya,
“Bagaimana
bila bumi tak berpihak pada keinginan diri, sebab masa adalah kawan yang tak
selalu setia?”
Tak
sempat menjawab, diri melangkah tuk berdiam menatap laut lepas
Sedang
pena terus menari di ambang bulir putih yang basah
Membentuk
wajahku, melukis tawaku
Kali
ini, lukisan itu bergaung lantang
Meski
badai hujan tak kunjung padam sejak Senin malam
Berkata,
“Bumi
adalah secawan madu yang bertabur cokelat Belgia dan kau adalah semut merah
yang mencari harum aromanya. Kejarlah.”
dan
aku tahu
Bukan
bumi yang kunanti
Bukan
masa yang tak tahu diri
Tapi
kau yang kutunggu
‘Tuk
kekal bersama menembus butir-butir waktu